Kebersamaan Pagi di Tradisi Baritan: Kearifan Lokal yang Sarat Makna

Kedondong 1- Baritan tradisi kearifan lokal yang kerap dilaksanakan setelah panen padi di Jawa sebagai bentuk pelestarian. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur atas segala limpahan rezeki khususnya di Padukuhan Kedondong 1. Pada pelaksanaannya, kegiatan Baritan dilakukan di pinggir sungai. Kegiatan dibuka dengan doa bersama dengan sajian lepat atau ketupat di atas daun pisang. Lepat di dalam bahasa Jawa juga berarti kesalahan yang mengisyaratkan bahwa manusia tempatnya salah dan dosa maka memperbanyak istighfar menjadi poin penting dari nilai lepat. Selain itu Lepat ini dibawa oleh masing-masing warga beserta botok kelapa. Suatu sajian yang unik cukup nikmat terasa.
Kegiatan ini menjadi bentuk sedekah bumi dan perwujudan harmonisasi antara Tuhan, manusia, dan alam. Sebelum doa bersama disampaikan sedikit wejangan bahwa sedekah bermanfaat untuk mencegah bala musibah. Kegiatan dan sajian cukup sederhana namun syahdu mengiringi kegiatan ini. Tak sekadar ritual budaya atau keagamaan saja, Baritan sebagai ajang silaturahmi antar warga. Pak Muh, tokoh agama Kedondong 1 mengakui bahwa cukup sulit untuk bisa berkumpul bersama warga di suatu kegiatan karena masing-masing memiliki kesibukan. Walaupun tidak seluruh warga yang turun ke sungai untuk meramaikan kegiatan Baritan ini, tapi cukup ramai warga yang ikut serta. Menyenangkan ketika bisa bercengkerama dengan warga setempat. Pertemuan kami bersama warga memperlihatkan bahwa warga antusias menyambut program kerja kami. Bapak-bapak menagih proker kesenian kolaborasi antara alat musik tradisional dan kontemporer.
Pagi
sekitar pukul setengah enam kami berjalan menuju ke sungai, berpakaian
sederhana dengan vest sebagai tanda
pengenal kami. Sekitar delapan belas derajat suhu pagi ini. Ya, cukup dingin
bahkan mengundang rasa malas untuk bangun. Perjalanan meuju sungai kami
berpapasan dengan Pak Dukuh dan beberapa warga. Undangan sudah sampai kepada
kami kemarin untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan Baritan kali ini.
Sebagaimana pesan Pak Dukuh, kami hanya membawa diri dan air minum. Tak ku sangka
sajian ketupatnya cukup berbeda dari sajian yang ku ketahui. Walaupun unik tapi
cita rasa ketupat dan lauk botok cocok di lidahku. Rasa asin, manis, gurih
berkumpul menyapa lidah ku pagi ini. Menjadi poin lebih ketika menikmati
ketupat dengan tambahan suasana sungai dan kebersamaan. Sedikit banyaknya kami
dapat info seputar warga dan padukuhan. Sepertinya kami memang harus terus
berpasrtisipasi dalam setiap kegiatan warga.