Kekurangan Menjadikan Kami Lebih Hangat

Kedondong 1,
16 Agustus 2025 - Pertemuan pertama
via Google meet kami telah membagi bagian strukktural di kelompok 13 ini.
Sistem pembagiannya diberikan tawaran terlebih dahulu hendak memilih menjadi
bagian apa. Beberapa bagian telah terisi oleh mahasiswa tuan rumah, mahasiswa
UIN Sunan Kalijaga. Beberapa diantaranya satu bendahara, dua divisi humas, satu
di divisi acara, satu divisi PDD. Terkhusus ketua kelompok atau biasa disebut
dengan kordes masih kosong. Maka kami mengajukan dua nama hingga terpilih satu
orang untuk menjadi ketua. Aku tertarik untuk menjadi bagian dari divisi acara
dengan asbab pertimbangan dapat lebih menguasai program kerja dan lebih dekat
dengan masyarakat. Ternyata bagian acara ini merangkap dua tugas yaitu
menyiapkan acara dan perlengkapannya. Ketika tau dengan beban tugas yang ganda
seakan diri ini menolak dengan pembagian yang sedemikian rupa. Bahkan beberapa
hari menjalani KKN terasa berat dan hari-hari diisi dengan keluhan.
Perbedaan
karakter di antara kami menjadikan kami bingung harus berlaku seperti apa.
Namun, seiiring berjalannya waktu kami semakin faham dan lebih banyak
memaklumi, ya saling menutupi kekurangan satu sama lain. Aku mendapatkan amanah
untuk menjadi ketua dari divisi acara dan perlengkapan. Kami beranggotakan
empat orang yaitu aku berasal dari Kepulauan Riau, Anugrah dari Pare-Pare
Sulawesi, Hovi dari Bangka Belitung, dan Fanza dari Ciamis. Perbedaan cara atau
nada berbicara kami yang berbeda cukup mampu menyulut kesalahpahaman di antara
kami. Salah satu teman kami, Fanza memiliki kekurangan penglihatan. Ia tidak
mampu melihat dikarenakan insiden kecelakaan yang menimpanya saat kecil. Tetapi
di balik kekeurangannya ia memiliki kelebihan, ia mampu tilawah. Kami pun
sebagai teman sekelompoknya syukurnya mampu memaklumi keadaannya.
Berbagai perlengkapan berupa barang ataupun rancangan acara menjadikan kami sebagai bagian divisi acara harus cepat tanggap. Ibaratnya kami pondasi dari segala kegiatan program kerja selama pengabdian ini. Kemudian jika ada perlengkapan yang tidak tersedia di sekitar posko mengharuskan kami mencari di kota. Awal penerjunan kami di masyarakat untuk melaksanakan KKN untuk mempersiapkan segala macam perlengkapan, sebagian besarnya aku mengerjakan sendiri dengan bertemankan salah satu dari bagian acara. Namun, ternyata keteteran dengan cara seperti itu. Seiring berjalannya waktu, teman-teman yang lain mengevaluasi cara kerja ku. Mereka meminta aku untuk tega meminta tolong ke pada mereka karena memang begitulah kerja kelompok. Suatu rezeki yang berlimpah ketika memiliki rekan kelompok yang bisa bahkan mau menawarkan diri untuk saling membantu.
Setiap
ada kesalahpahaman dalam kegiatan kami bahas tuntas di evaluasi, evaluasi tidak
kami isi dengan tangisan tetapi canda tawa. Mereka tidak berlarut-larut pada
kesalahan. Selama menjalankan pengabdian dan mempersiapkan segala acara hingga
selesai pengabdian tidak ada kesulitan yang berarti. Proses pencarian
perlengkapan yang menghabiskan banyak waktu karena harus nyebrang ke kota kami
isi dengan diskusi ringan dan canda tawa. Benar saja, ketika hari perpisahan
tiba air mata mengalir begitu saja, tak terbendung. Rasa kantuk yang menguasai
pun kalah dengan rasa sedih kami. Beberapa hari sebelum kepulangan terasa
begitu berharga bagi kami.