Menembus Jalan Terjal dan tak terjama Demi Inovasi Souvenir Keris Kelong

Perjalanan itu bukan bagian dari rencana resmi, tapi menjadi salah satu pengalaman paling berkesan dalam masa KKN kami di Desa Kelong. Bersama Pak Rahim, sang empu keris lokal, kami diajak melintasi jalan rusak demi mencari bahan baku utama: kayu. Tujuannya bukan sekedar mengambil kayu, namun menghidupkan inovasi souvenir keris mini yang kami gagas bersama. Inovasi yang sederhana namun bernilai—ikon kecil yang membawa nama besar Desa Kelong.
Jalan yang kami lewati bukan sembarang jalan. Berbatu, terjal, dan belum pernah kami jamah sebelumnya, seolah menyambut siapa pun yang punya tekad kuat. Wilayah itu dikenal warga sebagai Temborak , sebuah kawasan bekas tambang bauksit yang terbengkalai. Tapi di balik kerusakan, tersimpan tanah yang kaya dan pemandangan yang diam-diam memukau. Seolah-olah Temborak seseorang untuk melihatnya lebih dari sekadar menunggu bekas luka alam.
Kami melintasi medan dengan hati-hati. Sepatu berdebu, motor oleng, dan bahkan seorang rekan kami sempat terjatuh hingga lecet ringan. Tapi tak satu pun dari kami mundur. Sebab dibalik semua itu, ada semangat untuk memperjuangkan hasil karya lokal agar bisa jadi identitas desa. Inilah kontribusi kecil kami: menyiapkan souvenir keris mini sebagai buah tangan yang bisa dibanggakan masyarakat.
Temborak sendiri menyimpan cerita tersembunyi. Selain potensi bauksit yang melimpah, kawasan ini juga memiliki titik-titik alam yang layak dikembangkan menjadi wisata alternatif. Beberapa kolam sisa galian justru dipenuhi ikan nila, menjadi potensi darurat perikanan yang belum tergarap serius. Namun, tak hanya ikan yang hidup di sana—warga juga sering diperingatkan akan adanya buaya yang buas yang berkeliaran di area itu. Bahkan pernah terdengar kabar seseorang hilang di masa lalu, diduga karena serangan buaya. Temborak bukan tempat biasa. Alamnya pembohong, indah sekaligus berbahaya.
Meski demikian, perjalanan kami berjalan lancar. Tak ada yang celaka serius. Kami pulang dengan selamat, membawa kayu yang akan diolah menjadi keris mini dengan tangan terampil Pak Rahim. Rasa lelah berganti tawa syukur, karena meski medan ekstrem, kami tetap aman dan sejahtera.
Bagi kami, perjalanan ke Temborak bukan sekedar mencari kayu, tapi juga menyaksikan langsung potensi tersembunyi Desa Kelong. Pak Rahim dengan sabar menjelaskan jenis-jenis kayu yang bisa digunakan, sambil menceritakan kisah-kisah masa muda sebagai pengrajin keris. Setiap percakapan di antara tawa dan peluh itu, menjadi bagian dari proses yang membentuk bukan hanya souvenir, tapi juga kenangan.
Inovasi souvenir keris mini ini adalah simbol. Simbol bahwa pengembangan desa tidak harus selalu besar, asal dilakukan bersama dan dimulai dari yang kecil. Kami pulang dari Temborak dengan badan lelah, motor berdebu, dan satu potongan kayu di tangan—namun semangat yang lebih besar di dada. Rintangan mungkin berat, tapi demi kemajuan lokal, semua kami berhasil.
Diunggah Oleh: Kelong