Menghadiri Evaluasi dan Monitoring KKN Nusantara 2025

Boro,
Kalibawang- Tepat hari ini, kami ‘tlah menetap
sebulan di lokasi KKN. Suka, duka, aral melintang berbagai arahnya. Dekorasi
suara tawa dan tangis terkadang juga terdengar. Rasa syukur, bahagia, amarah,
gengsi, khawatir juga pernah membaur menjadi satu. Hidup bersama selama kurang
lebih empat puluh lima hari di lokasi baru, dengan manusia yang baru tentu
memakan banyak energi. Menemukan satu kata sepakat dari belasan kepala dengan
isi yang berbeda mengharuskan kami juga merasakan ketidaksepahaman dan
terkadang memancing percekcokan. Kami tau hal ini suatu hal yang biasa. Tidak
akan mungkin berbagai kepala memiliki satu pemikiran yang persis sama. Satu hal
yang bisa kami lakukan menyampaikan dan menghormati pendapat.
Hari ini, setelah waktu
Zuhur dijadwalkan pelaksanaan kegiatan evaluasi dan monitoring pelaksanaan KKN
yang telah kami lewati. Semua program kerja yang telah dan akan dilaksanakan
menjadi pembahasan yang seolah ditagih pertanggungjawabannya saat kegiatan ini.
Pagi pukul Sembilan hingga pukul setengah satu terlebih dahulu kami menghadiri
kegiatan dialog nusantara di halaman Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux,
Boro, Kalibawang, Kulon Progo. Saat undangan dialog nusantara pertama kali
disebar di grup KKN Nusantara, mahasiswa spontan mengomentari lokasi
pelaksanaannya. Pelaksanaan pertemuan di gereja terkesan tidak sopan. Kritikan
diberikan dikarenakan gereja yang dijadikan sebagai tempat ibadah kemudian
dialihfungsikan menjadi lokasi diskusi terbuka untuk semua umat. Padahal,
kegiatan ini sudah mendapatkan persetujuan dari room paroki gereja setempat.
Pelaksanaan dialog nusantara dan monitoring dilaksanakan pada Rabu, 6 Agustus 2025 berlangsung di halaman gereja. Acara dijadwalkan mulai pada pukul sembilan pagi, tetapi mulai tiga puluh menit dari yang dijadwalkan. Pelaksanaan acara di halaman gereja hanya terlindungi oleh atap bening dan pepohonan cukup memberikan cahaya matahari yang terik. Pelaksanaannya banyak mahasiswa yang menepi dan berlindung di bawah pohon sehingga kegiatan berjalan kurang efektif. Acara ini menjadi momentum penting untuk melihat capaian program, tantangan di lapangan, serta umpan balik dari masyarakat di lokasi KKN terkait kegiatan KKN yang telah berjalan selama sebulan terakhir. Kegiatan diskusi dan evaluasi ini dihadiri oleh perwakilan dosen pembimbing lapangan (DPL) dari berbagai perguruan tinggi peserta KKN Nusantara, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.
Kasubtim Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Kemenag RI menyampaikan bahwa agama mempunyai cinta kasih yang sama, tujuan utama menjaga tanah air. Selanjutnya, dalam kacamata bangsa dan politik (Kesbangpol DIY) mengatakan pembauran budaya di Kulonprogo sebagai bentuk internalisasi nilai Pancasila. Romo paroki Boro, Romo Laurentius menceritakan kebersamaan dan saling simpati antar umat beragama terjadi ketika natal banyak pihak NU, Muhammadiyah, Banser yang sukarela mengatur ketertiban. Saling membantu secara sukarela, seperti mengatur parkir dan berkeliling menjaga rumah warga. Terakhir pemateri dari konten kreator, I made Andi Arsana menyatakan kata toleransi di bidang teknik berarti ada sesuatu yang rusak atau salah sehingga ia tidak mau menggunakan kata toleransi tetapi menghormati.