Pesona Keindahan Yang Mematikan di Kedondong 1

Kedondong 1- Beberapa kali kami berkunjung, meyusuri Sungai
Tinalah yang berada di sekitar Dukuh Kedondong 1. Kami tak terkecuali aku,
telah jatuh cinta semenjak pandangan pertama melihat sungai ini. Sungai dengan
sebagian pemandangannya berupa batu-batu sebab saat ini sedang musim kemarau
sehingga debit air yang mengalir tidak begitu banyak. Kami pun telah mandi atau
sekadar berendam di sungai ini. Terdapat beberapa bapak-bapak yang memancing,
mereka rela duduk berlama-lama menanti ikan sambil menikmati keindahan sungai
ini. Namun, ternyata keindahan ini tidak berlangsung lama. Tepat siang ini, 26
Juli 2025 kami mendapatkan kabar duka dari salah satu teman, adik yang
dikabarkan tenggelam di sungai.
Terdengar tidak masuk akal jika dipikirkan kembali, mengingat kondisi musim kemarau dengan air sungai yang tidak begitu banyak. Bahkan, duduk di tengah arus sungainya pun masih sangat aman. Kami bertanya-tanya mengenai kronologi kematian anak tersebut, bagaimana mungkin anak dengan badan yang tinggi berenang di sungai dengan air yang sedikit bisa berakhir celaka. Setelah bertanya kepada anak-anak dan warga sekitar kami mendapatkan informasi bahwa dia berenang di bagian sungai dengan kandungan pusaran air. Terlihat dari permukaan bagian sungai ini sangat tenang dengan warna air yang gelap. Memang cukup mencekam ketika kami melewati bagian sungai ini karena di lokasi ini banyak pemancing yang menunggu tangkapannya. Secara hukum takdir, memang tidak pantas kami mempertanyakan sebab, mengeluh atau bahkan menyalahkan takdir tersebut.
Mendapatkan
kabar tersebut kami segera bergegas ke rumah duka, menyampaikan bela sungkawa
dan membantu pemandian dan persiapan mengkafankan. Penyelenggaraan jenazah
cukup cepat. Zuhur ditemukan meninggal dunia, waktu Asar dikebumikan. Rumah
duka dalam sekejap dipenuhi warga, saling bahu-membahu mendirikan tenda dan
kursi. Beberapa waktu setelah kami tiba, datang beberapa polisi dan dokter yang
memeriksa jenazah karena menanggapi laporan laka air yaitu sungai. Dipastikan
dari kondisi tubuh jenazah bahwa kematian anak ini murni karena tenggelam. Selama
prosesi penyelenggaraan jenazah banyak hal yang belum pernah dan tidak biasa
dilakukan di Kepulauan Riau seperti pemandian jenazah beralaskan pelepah pisang
dan dilakukan di pekarangan rumah dengan penutup kain hijau seadanya. Bahkan,
kami ikut serta membantu memegang kain penutup hijau tersebut. Setelah selesai
pemandian jenazah, pelepah pisang ditancapi oleh koin. Aku belum sempat
menanyakan perihal tersebut. Tetapi sepertinya menarik untuk diulik makna
filosofis dari rangkaian penyelenggaraan jenazah di dukuh sini. Bagaimana
pendapat kalian?