Semangat Sore di Dusun Ngentak: Riuh Rendah "Singkong Bakar" Warnai Kebersamaan Anak-anak

Semangat Sore di Dusun Ngentak: Riuh Rendah "Singkong Bakar" Warnai Kebersamaan Anak-anak
Dusun Ngentak, 21 Juli 2025 – Suasana sore yang damai di Dusun Ngentak tiba-tiba dipecah oleh gelak tawa riang dan teriakan semangat dari puluhan anak-anak. Bukan karena layangan putus atau bola yang menggelinding kencang, melainkan oleh keseruan permainan tradisional yang akrab di telinga, namun punya daya magis tersendiri: Lempar Sendal, yang oleh anak-anak setempat lebih dikenal dengan sebutan unik "Singkong Bakar". Di bawah langit senja yang mulai berwarna keemasan, lapangan kecil di tengah dusun menjadi arena pertempuran yang penuh kegembiraan.
Permainan sederhana ini, yang hanya membutuhkan beberapa pasang sendal bekas sebagai "target" dan sepotong kayu kecil sebagai alat pemukul, nyatanya mampu menyihir puluhan pasang mata anak-anak untuk menjauh sejenak dari gawai mereka. Cara bermainnya pun mudah: sendal ditumpuk menjadi sebuah menara kecil, lalu secara bergilir setiap tim berusaha merobohkannya dengan lemparan kayu dari jarak yang telah disepakati. Keseruan memuncak ketika tim lawan berusaha menangkap kayu yang dilempar, atau ketika menara sendal berhasil dirobohkan dan tim penyerang berlarian menghindari kejaran tim bertahan sambil menyusun kembali "singkong bakar" mereka.
Sorak sorai tak terhindarkan setiap kali ada sendal yang berhasil dijatuhkan atau kayu yang berhasil ditangkap. Keringat membasahi wajah-wajah polos yang penuh semangat, namun tak sedikit pun mengurangi antusiasme mereka dalam melakoni setiap babak permainan. Tak hanya anak laki-laki, anak perempuan pun turut ambil bagian, menunjukkan kelihaian mereka dalam melempar dan menyusun sendal. Pemandangan ini seolah menjadi oase di tengah arus modernisasi yang kerap menjauhkan anak-anak dari permainan tradisional yang sarat akan nilai kebersamaan dan ketangkasan fisik.
Menariknya, kegiatan bermain ini bukan hanya sekadar ajang bersenang-senang. Menurut penuturan salah satu tokoh masyarakat setempat, Bapak Ahmad, permainan "Singkong Bakar" ini memang sengaja diinisiasi sebagai kegiatan positif untuk mengisi waktu sore anak-anak sebelum memasuki waktu ibadah. "Kami ingin menanamkan kebiasaan baik pada anak-anak sejak dini. Setelah bermain dan berolahraga, mereka akan lebih semangat untuk belajar mengaji bersama di masjid," ujarnya dengan senyum bangga.
Benar saja, ketika kumandang adzan Maghrib mulai terdengar dari kejauhan, riuh rendah suara anak-anak yang bermain seketika mereda. Dengan wajah berseri-seri, mereka bergegas menuju masjid yang terletak tak jauh dari lapangan. Sendal yang tadi berserakan kini tertata rapi di depan pintu masjid, siap menemani langkah kaki kecil mereka dalam melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Pemandangan ini menjadi penutup yang indah untuk sore yang penuh keceriaan, menunjukkan harmoni antara bermain, kebersamaan, dan nilai-nilai agama yang dijunjung tinggi di Dusun Ngentak. Permainan "Singkong Bakar" bukan hanya sekadar permainan, tetapi juga jembatan yang menghubungkan kegembiraan masa kecil dengan pendidikan agama yang luhur.
Diunggah Oleh: Muhammad Almujrin