Semangat Subuh: Menjemput Doa di Waktu Mustajab

Masjid
Ash-Shobirin, Kedondong 1- Subuh ini tidak begitu dingin dari
hari sebelumnya, kami meniti jalan dengan penerangan yang redup menuju ke
Masjid Ash-Shobirin. Pinggiran jalan terhiasi dengan pohon tinggi nan rindang,
beberapa rumah dengan jarak yang berjauhan menjadi sumber penerangan jalan. Subuh
ini jadwal aku tuk mengisi kultum, ya kuliah tujuh menit. Kegiatan kultum ini
menjadi kegiatan rutin kami kelompok 13 pada hari Rabu dan Ahad Subuh. Mengingat
musibah yang menimpa dukuh ini, kami mengalami duka atas kehilangan Rifa’i,
anak kampung sini yang memiliki kepribadian ramah dan salah satu santri TPQ
Mbah Eblek. Maka aku mengambil pembahasan tentang kaidah berdoa. Sebuah kajian simpel
yang lumrah dibahas di majelis ilmu. Bungkusan kajian dengan bahasa sederhana diharapkan
bisa menjadi amal yang bisa diamalkan dan dibagikan kembali.
Jamaah mendengarkan
dengan khusyuk dan tenang, tidak ada suara familiar anak-anak yang biasa ada di
malam hari. Permulaan kajian, disampaikan Hadis popular berbunyi “innamal a’malu binniyat” artinya
tentang amal yang tergantung pada niatnya, dilanjutkan dengan makna doa dilihat
dari segi bahasa dan istilah. Kemudian, jamaah diajak untuk berpikir bahwa
sebagai seorang hamba kita perlu doa sebagai bentuk komunikasi hamba dengan
Tuhan. Sebab banyak manusia yang menjadikan salat dan doa sebagai bentuk ritual
rutinan tanpa tau makna disebaliknya. Mirisnya terkadang istilah Islam KTP itu
memang benar adanya di tengah masyarakat. Maka penting menghadirkan hati dalam
beribadah tidak terkecuali berdoa, jadi tidak sebatas di lisan saja. Berdoa
menjadi alternatif curhat, menenangkan hati dan berkeluh kesah kepada Tuhan.
Pemaparan selanjutnya
tentang kaidah dan waktu mustajab dalam berdoa. Salah satunya yakin bahwa Allah
akan mengabulkan doa kita sebagai hamba jika kita memohon kepada-Nya,
sebagaimana firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 186. Setelah berdoa sesuai
anjuran dan di waktu mustajab namun apa yang dihajatkan tak kunjung terkabul
maka ada jawaban juga di dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 216 “dan boleh jadi kamu membenci sesuatu
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia
amat buruk bagimu..”. Ayat ini juga diperkuat dengan perkataan bijak dari
Ali bin Abi Thalib menyatakan bahwa “Jika
Allah mengabulkan doaku maka aku berbahagia. Tapi jika Allah tidak mengabulkan
doaku, aku lebih berbahagia karena yang pertama adalah pilihanku, sedangkan
yang kedua adalah pilihan-Nya.”